Beberapa
teori tentang struktur kota dapat kamu ikuti pemaparannya sebagai berikut.
1)
Teori Konsentris (Concentric Theory)
Teori
konsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human
ecology, merupakan hasil penelitian Kota Chicago
pada tahun 1923. Menurut pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata telah
berkembang sedemikian rupa dan menunjukkan pola penggunaan lahan yang
konsentris yang mencerminkan penggunaan lahan yang berbeda-beda.
Burgess
berpendapat bahwa kota-kota mengalami perkembangan atau pemekaran dimulai dari
pusatnya, kemudian seiring pertambahan penduduk kota meluas ke daerah pinggiran
atau menjauhi pusat. Zona-zona baru yang timbul berbentuk konsentris dengan
struktur bergelang atau melingkar.
Berdasarkan
teori konsentris, wilayah kota dibagi menjadi lima zona sebagai berikut.
Teori
Burgess sesuai dengan keadaan negara-negara Barat (Eropa) yang telah maju
penduduknya. Teori ini mensyaratkan kondisi topografi lokal yang memudahkan
rute transportasi dan komunikasi.
2)
Teori Sektoral (Sector Theory)
Teori
sektoral dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini muncul berdasarkan
penelitiannya pada tahun 1930-an. Hoyt berkesimpulan bahwa proses pertumbuhan
kota lebih berdasarkan sektorsektor daripada sistem gelang atau melingkar sebagaimana
yang dikemukakan dalam teori Burgess. Hoyt juga meneliti Kota Chicago untuk mendalami
Daerah Pusat Kegiatan (Central Business District)
yang terletak di pusat kota.
Ia
berpendapat bahwa pengelompokan penggunaan lahan kota menjulur seperti irisan
kue tar. Mengapa struktur kota menurut teori sektoral dapat terbentuk? Para
geograf menghubungkannya dengan kondisi geografis kota dan rute
transportasinya. Pada daerah datar memungkinkan pembuatan jalan, rel kereta
api, dan kanal yang murah, sehingga penggunaan lahan tertentu, misalnya perindustrian
meluas secara memanjang. Kota yang berlereng menyebabkan pembangunan perumahan cenderung
meluas sesuai bujuran lereng.
3)
Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)
Teori
ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Kedua geograf ini
berpendapat, meskipun pola konsentris dan sektoral terdapat dalam wilayah kota,
kenyataannya lebih kompleks dari apa yang dikemukakan dalam teori Burgess dan
Hoyt.
Pertumbuhan
kota yang berawal dari suatu pusat menjadi bentuk yang kompleks. Bentuk yang
kompleks ini disebabkan oleh munculnya nukleus-nukleus baru yang berfungsi
sebagai kutub pertumbuhan. Nukleus-nukleus baru akan berkembang sesuai dengan
penggunaan lahannya yang fungsional dan membentuk struktur kota yang memiliki
sel-sel pertumbuhan.
Nukleus
kota dapat berupa kampus perguruan tinggi, Bandar udara, kompleks industri,
pelabuhan laut, dan terminal bus. Keuntungan ekonomi menjadi dasar pertimbangan
dalam penggunaan lahan secara mengelompok sehingga berbentuk nukleus. Misalnya,
kompleks industri mencari lokasi yang berdekatan dengan sarana transportasi.
Perumahan baru mencari lokasi yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan
tempat pendidikan.
Harris
dan Ullman berpendapat bahwa karakteristik persebaran penggunaan lahan
ditentukan oleh faktor-faktor yang unik seperti situs kota dan sejarahnya yang
khas, sehingga tidak ada urut-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti pada
teori konsentris dan sektoral. Teori dari Burgess dan Hoyt dianggap hanya
menunjukkan contoh-contoh dari kenampakan nyata suatu kota.
4)
Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori
konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter
Mann pada tahun 1965 dengan mengambil lokasi
penelitian di Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan teori konsentris dan
sektoral, namun penekanan konsentris lebih ditonjolkan.
5)
Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)
Teori
konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest
Griffin dan Larry Ford pada
tahun 1980 berdasarkan penelitian di Amerika Latin. Teori ini dapat digambarkan
sebagai berikut.
6)
Teori Poros
Teori
poros dikemukakan oleh Babcock (1932),
yang menekankan pada peranan transportasi dalam memengaruhi struktur keruangan
kota. Teori poros ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.
7)
Teori Historis
Dalam
teori historis, Alonso mendasarkan
analisisnya pada kenyataan historis yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal
penduduk di dalam kota. Teori historis dari Alonso dapat digambarkan sebagai
berikut.
Dari
model gambar di depan menunjukkan bahwa dengan meningkatnya standar hidup
masyarakat yang semula tinggal di dekat CBD disertai penurunan kualitas
lingkungan, mendorong penduduk untuk pindah ke daerah pinggiran (a). Perbaikan
daerah CBD menjadi menarik karena dekat dengan pusat segala fasilitas kota (b).
Program perbaikan yang semula hanya difokuskan di zona 1 dan 2, melebar ke zona
3 yang menarik para pendatang baru khususnya dari zona 2 (c).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar